Asal-Usul Kisah Nabi Ibrahim AS dan Keluarganya
Ayahnya bernama Aazar atau Tarikh, Sanad Nabi Ibrahim dari Beberapa Ahli Kitab menyatakan bahwa namanya adalah Ibn Tarikh (Aazar), Ibn Nahur, Ibn Sarough, Ibn Raghu, Ibn Phaligh, Ibn Aher, Ibn Shalih, Ibn Arfghshand, Ibn Sam, Ibn Nuh.
Mereka mengatakan bahwa ketika Tarikh berusia tujuh puluh lima tahun, dia mempunyai anak bernama Ibrhaim, Nahor (Nohour) dan Haran. Haran memiliki seorang putra bernama Lut.
Mereka juga mengatakan bahwa Abraham adalah anak tengah dan bahwa Haran meninggal seumur hidup ayahnya di tanah kelahirannya, tanah orang Kasdim (Al-Kaldanieen), yang juga dikenal sebagai Negeri Babilonia. Pada waktu itu beberapa orang menyembah berhala dari batu dan kayu, yang lain menyembah planet, bintang, matahari dan bulan, yang lain menyembah raja dan penguasa mereka.
Nabi Ibrahim dilahirkan ke dunia, ke dalam keluarga khas zaman kuno kala itu. Kepala keluarga atau ayahnya, bahkan bukan penyembah berhala biasa, tetapi adalah orang yang sepenuhnya menolak Allah dan yang biasa membuat berhala dengan tangannya sendiri.
Beberapa tradisi mengklaim bahwa ayah Ibrahim meninggal sebelum kelahirannya dan bahwa ia dibesarkan oleh seorang paman yang oleh Nabi Ibrahim disebut ayah. Tradisi lain mengatakan bahwa ayahnya masih hidup dan diberi nama Azer/Aazar.
Ke dalam keluarga itu Abraham dilahirkan, ditakdirkan untuk melawan keluarganya sendiri, melawan seluruh sistem komunitasnya. Singkatnya, dia menentang semua jenis politeisme.
Nabi Ibrahim diberkahi dengan pemahaman spiritual sejak usia dini. Allah mencerahkan hati dan pikirannya dan memberinya hikmah sejak kecil. Allah yang Mahakuasa menyatakan:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Ibrahim sebelumnya (sebagian dari) petunjuknya, dan Kami sangat mengenalnya (seperti Keyakinannya akan Keesaan Allah, dll.). Surah 21: 51
Selama masa kecilnya, Nabi Ibrahim menyadari bahwa ayahnya membuat patung-patung aneh. Suatu hari, dia bertanya kepadanya tentang apa yang dia buat. Ayahnya menjawab bahwa dia membuat patung dewa. Nabi Ibrahim heran dan dia secara spontan menolak gagasan itu. Sebagai seorang anak, ia bermain dengan patung-patung seperti itu, duduk di punggung mereka ketika orang-orang duduk di punggung keledai dan bagal.
Suatu hari, ayahnya melihat dia mengendarai patung Mardukh dan dia menjadi sangat marah. Dia memerintahkan putranya untuk tidak bermain dengannya lagi.
Ibrahim bertanya: "Apa patung ini, ayah? Ia memiliki telinga yang besar, lebih besar dari milik kita."
Ayahnya menjawab, "Itu Mardukh, dewa para dewa, Nak! Telinga besar ini menunjukkan pengetahuannya yang dalam."
Ini membuat Ibrahim tertawa. Dia baru berusia tujuh tahun saat itu.
Setelah Dewasa, Nabi Ibrahim AS Mendapatkan kenabiannya dan mulai mendakwahkan ajaran kebenaran yang berdasar pada tauhid, mentuhankan Tuhan yang maha tunggal.
Sebelum Ia memulai dakwah pada negeri Babilonia, yang pertama ia ajak pada ajaran kenabiannya adalah ayahnya Aazar. Namun dengan penolakan yang keras dilakukan Aazar. Walaupun demikian Nabi Ibrahim tetap mendoakan ayahnya agar mendapatkan hidayah, sebagai tanda anak yang berbakti.
Kemudian, setelah kisah tersebut Nabi Ibrahim mulai berdakwah di negeri Babilonia yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Namrud.
sama seperti Aazar ayah Nabi Ibrahim, kedurhakaan kaum babilonia telah rusak akan kemusyrikan dan kekafiran, terlebih dengan Raja Namrud. Bahkan Nabi Ibrahim mendapat balasan hukuman dengan dibakar hidup-hidup karena telah menghancurkan berhala mereka.
Karena kegagalan terhadap negeri Babilonia, maka Ia diperintah untuk hijrah ke negeri Kanan dan Mesir bersama istrinya Hajar dan keponakannya Luth.
Sumber : Kisah Nabi Ibrahim
« Terbaru
Postingan Lebih Baru
Terlama »
Postingan Lama